Tipsnya adalah Si Pengusaha menghindari utang yang bersifat konsumtif. Mendorong utang produktif untuk mengakuisisi aset atau menghasilkan pendapatan karena potensinya untuk menciptakan aliran pendapatan di masa depan.
Si Pengusaha juga dapat menilai kemampuan untuk membayar utang, dengan menyoroti rasio utang terhadap pendapatan sebagai metrik kunci. Contoh maksimal rasio yang baik tidak lebih 30% dari pemasukannya.
Contoh: Si pengusaha laundry ini pendapatannya dengan 2 mesin cuci mencapai bersih Rp5.000.000/bln
dia melakukan pinjaman untuk pembelian mesin cuci lagi dengan cicilan Rp1.000.000/bln. untuk memperbesar kapasitas layanan dia dan keuntungannya dia pastinya.
dari ilustrasi diatas bahwa si pengusaha laundry mengambil hutang bukan untuk konsumtif, namun untuk mengakuisi aset berupa mesin, dimana mesin(asetnya) dibuat bekerja untuk menghasilkan keuntungan.
Pertanyaanya apakah semua utang itu buruk? dan apakah sebaiknya kita nggak usah ngutang sama sekali? jawabannya tergantung bentuk utangnya dulu seperti apa.
yang jelas utang untuk konsumsi yang didasari keinginan doang itu sebaiknya enggak dilakuin sementara dari sudut pandang keuangan, utang produktif dan utang konsumtif untuk kebutuhan tuh masih boleh dilakuin.
Asalkan, kita bisa memperhitungkan risiko dan kemampuan bayar kita buat melunasi utang tersebut kemampuan bayar utang itu bisa dilihat dari rasio cicilan dan pendapatan bulanan
CATATAN
-maksimal rasio Hutang 30% dari pendapatan
-utang konsumtif yang berkaitan sama kebutuhan tuh misalnya kredit kendaraan untuk mobilitas, pendidikan anak, kredit rumah, pengobatan, hal-hal emergency.
-sementara utang konsumtif yang berkaitan sama keinginan tuh contohnya utang buat beli gadget, hiburan, hobby, termasuk makanan fancy, dan liburan. Jadi utang konsumtif ini tidak perlu.
#ManajemenUtang #KeuanganSehat #UtangProduktif #UtangKonsumtif #CicilanCerdas #AlokasiKeuangan #PendapatanDanUtang #KeseimbanganKeuangan #pengelolaanutang